Kesulitan Metafora : memahami kiasan secara harfiah
Masalah lain bagi para autistik dengan kemampuan verbal ditimbulkan oleh ungkapan kiasan, kata - kata abstrak yang terlalu "sulit dipahami" dan kata - kata yang memiliki makna ganda. Contohnya banyak :
- Ketika seorang anak laki - laki setelah berhujan - hujan diminta membersihkan kaki, dilepaskannya sepatu dan kaos kaki lalu menggosokkan kakinya dikeset kaki.
- Seorang anak laki - laki panik ketika mendengar ibunya mengungkapkan ingin "menangis" ( dalam bahasa inggris to cry her eyes out) yang diartikan secara harfiah oleh anak itu ( mengeluarkan air mata).
- Ketika si Ibu mengatakan gulanya habis (run out), si anak mulai mencari lubang karena ia mengartikan kata - kata ibunya sebagai " luber".
- Sang ayah dan paman sedang membicarakan seoramg teman yang beruntung. "Dia berhasil menang besar ( hit the jackpot)", kata mereka. "Wah, rasanya pasti sakit", kata sang anak autistik yang mengartikan kata - kata ayahnya sebagai "memukul"(mesin) jackpot."
- Seorang anak berkeras meletakkan sepedanya di dalam rumah tiap malam. Orang tuanya baru mengetahui penyebabnya setelah beberapa minggu kemudian : si anak pernah mendengar seseorang berkata, " Malam telah tiba ( night is falling). Yang secara harfiah diartikanya sebagai "malam telah jatuh".
- Seorang anak laki - laki autistik mendengar seseorang membicarakan pamanya yang sakit. "Dia sudah berada ( has been nailed) di tempat tidur selama tiga minggu". Anak itu lari memberitahu ibunya, " paman Jhon dipaku (is nailed) ditempat tidurnya", katanya, "dia tidak luka karenya".
Tentang bentuk - bentuk komunikasi
Sampai sekarang kita telah membicarakan para penyandang autisme yang telah mencapai tingkat verbal yang baik atau cukup baik, tapi bagaimana dengan yang lain? Hampir semuanya memiliki IQ dan tingkat perkembangan yang lebih rendah. Hal ini menjadikan sulit untuk melihat hubungan antara suara bahasa abstrak dan benda - benda, orang dan kejadian yang berhubungan dengannya.
Karena komunikasi verbal bersifat terlalu abstrak, kita harus membantu mereka dengan menggunakan sistem komunikasi visual, di mana hubungan antara lambang dan makna menjadi jauh lebih terlihat(ikonik/berlambang). Pada saat yang sama kita harus menahan diri untuk tidak menggunakan bahasa tanda sebagai alat komunikasi alternatif bagi penyandang autisme. Terlalu banyak tanda memiliki makna hampir sama abstraknya seperti kata - kata : tidak tersedia cukup hubungan visual antara tanda dan maknanya. Itu sebabnya mengapa pengajaran bahasa tanda menuntut pemahaman yang terlalu tinggi bagi penyandang autistik. Mereka tidak sekreatif kita ; mereka tidak bisa menciptakan kembali tanda - tanda ini dengan mudah meskipun mereka memahaminya.
Sumber : buku panduan autisme terlengkap, Theo Peeters.