Selama ini para orang tua menjadikan kemampuan membaca dan menulis sebagai suatu acuan untuk mengontrol kepandaian atau kepintaran anaknya saat memasuki usia sekolah. Bahkan terkadang seorang anak yang sudah bersekolah dan belum bisa membaca dengang baik dan lancar dianggap bodoh atau tertinggal.
Padahal siapa tahu anak tersebut mengalami gangguan disleksia yakni gangguan membaca dan menulisa akibat dari kelainan otak. Perlu diketahui bahwa secara normal, kemampuan membaca sudah muncul sejak si kecil menginjak usia enam atau tujuh tahun. Namun hal ini tidak terjadi pada anak yang mengalami gangguan disleksia ini. Bisa jadi sampai usia 12 tahun anak tersebut belum bisa membaca lancar dan menulis dengan baik dan benar. Bahkan sampai usia anak tersebut dewasa sekalipun mereka masih mengalami gangguan membaca dan menulis. Sayangnya hingga saat ini banyak orang tua yang tidak menyadari gangguan ini sehingga tidak bisa melakukan pencagahan dini tidak bisa dilakukan.
Gangguan disleksia ini bisa dikenali ciri - cirinya agar bisa melakukan pencegahan dini. Di bawah ini mungkin hanya beberapa ciri - cirinya.
1) Mengalami suatu kelambatan bicara bila dibandingkan dengan teman seusianya dan tidak dapat mengucapkan kata - kata dengan secara benar.
2) Lambat dalam mengenali alfabet, angka, hari, bulan, warna, bentuk, dan informasi mendasar lainnya. Serta mengalami kesulitan dalam menyusun huruf - huruf pada kata.
3) Sulit menyuarakan bunyi dan memadukannya.
4) Sulit mengeja dengan benar
5) Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah dihalaman berikutnya
6) Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca
7) Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata
8) Rancu dengan kata - kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi
9) Bingung mau memakai tangan yang mana untuk menulis
10) Menulis angka dan huruf dengan hasil yang sangat kurang baik
Mungkin ini hanya beberapa ciri - ciri dari disleksia atau gangguan membaca dan menulis. Dan ada beberapa lagi ciri - ciri yang dapat dikenali sebagai gangguan membaca dan menulis.
Gangguan disleksia ini bisa terobati dengan melakukan Educational approachdan phonic lessons, Metode multi-sensory, Membangun rasa percaya diri
1) Educational approachdan phonic lessons
Apabila guru atau orang tua mulai mencurigai anak mengalami gangguan disleksia agar segera berkonsultasi dengan psikolog, klinik atau sekolah pengajaran khusus (special education) untuk mendapatkan informasi untuk cara penanganan yang sebaiknya dilakukan untuk membantu anak dalam meningkatkan perkembangan membacanya.
2) Metode multi - sensory
Dengan metode yang terintegrasi, anak akan diajarkan mengeja tidak hanya berdasarkan apa yang didengarnya lalu diucapkan kembali, tapi juga memanfaatkan kemampuan memori visual (penglihatan) serta taktil ( sentuhan). Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan, dan sentuhan sehingga mempermudah otak untuk bekerja mengingat kembali huruf - huruf.
3) Membangun rasa percaya diri
Jangan pernah menganggap anak bodoh dan lamban dalam melakukan apapun. Bantulah anak menemukan keunggulan diri, agar bisa merasa bangga dan tidak pesimis terhadap hambatan yang saat ini sedang diatasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar